Rabu, 27 Juli 2011

14 KANTONG TERORISME Masyarakat dan Aparat Jangan Lengah

YOGYAKARTA (Suara Karya): Masyarakat dan aparat keamanan diingatkan agar tak lengah dan terlena dalam menanggulangi terorisme. Karena itu, semua pihak perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap aksi radikal yang hingga kini masih menjadi ancaman di semua daerah.
Hal itu dikemukakan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X di Yogyakarta, Selasa (26/7). "Kami mengimbau masyarakat bisa menjadi satu kekuatan utama dalam pencegahan terorisme," katanya menanggapi pernyataan Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai bahwa 14 provinsi di Indonesia teridentifikasi sebagai kantong penyebaran ideologi teroris. Menurut dia, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY sudah melakukan koordinasi dengan Kapolda DIY bagaimana masyarakat bisa menjadi kekuatan utama, atau istilahnya polisi sipil. Hal itu agar peranan rukun tetangga (RT) juga bisa berfungsi. "Dengan masyarakat menjadi kekuatan utama, semua pihak bisa melakukan antisipasi jika ada sesuatu hal yang mencurigakan, sehingga jika ada kelainan bisa langsung diskusi. Jadi, tidak hanya dalam penanganan narkoba, tetapi juga menyangkut kehadiran orang dan lainnya," katanya. Ia mengatakan, dengan adanya kasus terorisme yang masuk wilayah DIY, perlu menjadi pelajaran bersama untuk upaya antisipasi. Hal tersebut merupakan identifikasi dalam arti masyarakat fundamentalis di DIY itu ada. "Masyarakat dan aparat keamanan harus mewaspadai terorisme karena Jawa, Bali, dan Sumatra juga diidentifikasi ada. Jadi, kita harus mewaspadainya," kata Sultan seperti dikutip Antara. 14 Kantong Teroris Menurut Sultan, kewaspadaan terhadap tindak terorisme juga sebaiknya tidak hanya terfokus pada wilayah perbatasan, tetapi secara menyeluruh. "Jadi, kewaspadaan tidak hanya di perbatasan masing-masing wilayah, tetapi juga di dalam wilayah. Hal itu penting karena masyarakat Jateng-DIY karakternya terbuka," katanya. Sebelumnya, Ketua BNPT Ansyaad Mbai menyatakan, 14 provinsi di Indonesia teridentifikasi sebagai kantong penyebaran ideologi teroris. Pemetaan tersebut diperoleh berdasarkan pantauan yang dilakukan sejak beberapa tahun terakhir. "Pusat aktivitas penyebaran ideologi terorisme itu tersebar di sejumlah kota besar di Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Nusa Tenggara," katanya di Jakarta, Senin (25/7). Di Pulau Sumatera, daerah yang rawan penyebaran ideologi terorisme adalah Aceh, Sumatra Utara, Riau, Sumatra Selatan, dan Lampung. Di Pulau Jawa terkonsentrasi di Banten, Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, dan DIY. (B Sugiharto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar